Pelayanan
korban merapi terlebih di Seminari Kentungan memang sudah lama berlalu. Mungkin
kita kebingungan. Pernahkah seminari menjadi tempat pengungsian. Pernah, dan
itu terjadi! Ketika saya mengingat kisah ini, kisah ini memiliki hubungan
dengan gereja dan pelayanan kasih. Mengapa ini terkait? karena dalam kisah
mengenai pelayanan kasih di seminari, menjadi nyatalah peran Gereja di dalam
kasihnya dan perbuatan terhadap masyarakat. Buku yang menjadi saduran yaitu
Dasyatnya Merapi tidak Sedasyat cintaMu (kalangan
terbatas)
Salah
satu kalimat dalam buku itu, yang ditulis oleh rektor seminari dikutip sebagai
berikut. “Terima kasih. Inilah laboratorium nyata, bak hadiah jatuh dari
langit... bleg, tanpa persiapan dan ulem-ulem. Inilah pembelajaran seperti sekolah Yesus.” Dari kata-kata ini, kita
melihat betapa berharganya suatu peristiwa merapi dan pembelajaran bagi Gereja
untuk berkarya. Karya mencakup interaksi dan juga interaksi pastilah dimiliki
oleh setiap manusia sosial (homo socius)
Interaksi yang terjadi merupakan kebutuhan setiap manusia, kebutuhan ini
menjadi unsur dalam diri manusia. Dan kalau kita dihadapkan pada masalah sosial
yang ada, keinginan berbuat pasti ada karena conscience kita terusik.
Melihat
buku ini sekilas, kebanyakan dari para frater mengucapkan syukur karena ini
terjadi. Lah kenapa bisa syukur? karena makna reflektif yang bisa diambil dari
spontanitas kisah-kisah. Bahkan dari semuanya, walupun telah mengorbankan waktu
pendidikan (semester kuliah), tenaga, makanan, tempat tidur, mereka tetap
mensyukuri karena unseen hand,
terlebih wajah Kristus benar-benar tampak di dalam pelayanan mereka. Mereka
melihat Allah yang berkarya. Kita mengingat ucapan Mother Teresa “Ketika
saya melihat orang kusta, saya melihat ALLAH.”
Dari
sini, kita bisa melihat bahwa Gereja ikut berusaha mengusahakan pelayanan
sendiri di dalam Gereja dan juga di luar Gereja. Apa yang dikorbankan dalam
tubuh Gereja tidak akan kembali, tetapi menghasilkan buah yang lebih besar.
Dalam, analogi buku ada kata, tremendum et Fascinosum, yaitu kehadiran Tuhan
yang benar-benar menggetarkan dan mempesona. Dan hal itu terjadi.
Sebagai penutup, mengapa kasih dan
Gereja terkait? Kalau kita melihat seluruh kisah penyembuhan Yesus, hal pertama
yang menggerakan yaitu kasih. Kasih menjadi penyebab seluruh karya penyelamatan
Yesus. Bahkan dua perintah utama yang harus ditaati yaitu kasihilah Tuhan,
Allahmu, dengan segenap hati kita dan dengan segenap jiwa kita dan dengan
segenap akal budi kita. dan yang kedua yaitu kasihilah sesama kita manusia
seperti diri kita sendiri (bdk. Mat 22:39). Sudah jelas, bahwa kita harus
mengasihi sesama dan tugas Gereja bertujuan untuk saling mengasihi. Ad Maioreim
Dei Gloriam
No comments:
Post a Comment