Sebelum
Yesus naik ke Surga, Yesus memberikan pesan terakhir kepada para muridnya,
bahwa kabar baik itu harus diwartakan dimanapun mereka berada (bdk. Mat 28) Hal
inilah yang membuat pengorbanan (sacrifire)
yang mau tidak mau harus dilakukan. Kita melihat Petrus yang mengalami
siksaan sebelum akhirnya dipermuliakan bersama para kudus. Namun, dari kisah
Petrus yang terkenal “Quo Vadis?” dimana Yesus yang menampakan diri ketika
Petrus putus asa dan hendak meninggalkan Kota Roma. Dari sanalah kita melihat,
bahwa manusia seperti St. Petrus pun merupakan pribadi yang rapuh.
Pribadi yang
rapuh, pribadi yang berdosa merupakan ciri khas dari semua orang. Kedagingan
kita mungkin menjadi penyebab dari diri kita yang hari demi hari semakin jauh
dari Allah. Paulus memberi banyak penjelasan tentang kedagingan dan kerohanian,
yang memberi peneguhan bahwa untuk menjadi Kristen (Pengikut Kristus) harus
melalui perjuangan. Per Aspera Ad Astra, Through difficulties to The Star.
Dan kitapun menjadi
sadar bahwa perjuangan itu harus dilakukan dengan tindakan. Tindakan yang
semakin bisa mendekatkan kita pada pencipta kita. Salah satu ciri khas dari
manusia, yaitu selain mencari kekayaan di dunia ini, manusia juga haus akan
kebenaran. Kebenaran untuk bertindak secara baik. Tindakan yang harus kita
lakukan adalah mengalami pertobatan. Melalui pertobatan, atau disebut juga metanoia. Kita menemukan diri kita yang
hilang. Sebagai orang Katolik, kita berpedoman dengan dan melalui Kitab Suci,
terlebih sinoptis kisah Kristus yang disebut Injil.
Di dalam
suatu perjumpaan dengan kehidupan sehari-hari, kadang kita tidak yakin dengan
perbuatan ataupun tindakan kita, oleh karena itu kita harus kembali kepada
Injil dimana ada semangat Kristiani. Poin yang paling penting adalah bagaimana
sikap kita mengilhami orang lain. Waktu sidang FABC, Federasi Uskup-uskup Asia,
ditekankan bahwa poin yang paling penting dari suatu kesaksian Kristiani, yaitu
kesaksian keseharian hidup kita.
Menyadari
bahwa pertobatan menjadi pangkal keselamatan Kristiani, untuk itu haruslah
setiap waktu kita menyadari keterbatasan manusia. Sebagai seorang Kristiani
kita juga harus memberi kesaksian, suatu pembawaan kabar baik bagi siapapun
yang ada di bumi ini. Kabar baik yang kita bawa ini merupakan suatu bahan
evangelisasi. Jadi, evangelisasi itu berdamai dengan diri sendiri, sesama, dan
akhirnya diutus untuk menjadi saksi. Saksi akan kontemplasi yang aktif, larut
tetapi tidak hanyut.
Akhirnya,
semoga tulisan penulis yang singkat ini kurang lebih dapat menerangkan secara
kasar mengenai evangelisasi, dan semoga ada yang tergerak menekuni bidang ‘kabar
baik’ sehingga Kerajaan Allah semakin dipermuliakan dan kita diangkat menjadi
anak-anakNya.
No comments:
Post a Comment